Apakah Anda termasuk salah seorang yang
beranggapan bahwa umur seseorang itu menentukan kedewasaannya? Semakin
berumur seseorang (semakin tua) maka semakin dewasalah ia, karena telah
dianggap makan asam garam selama hidupnya.
Kalau pendapat saya? Tentu saja tidak! Lho, kenapa?
Pada hakikinya seorang manusia, memang ketika umur bertambah, maka diharapkan juga bahwa ia telah matang dan memiliki tingkat kedewasaan yang sepantasnya. Banyak orang tua jaman dahulu, selalu menganggap diri paling benar dibandingkan anak-anak mereka. Tidak juga ketinggalan, mereka menganggap anak-anak mereka yang telah memasuki usia 17 tahun keatas, artinya telah siap dan matang dalam kedewasaan untuk melangsungkan pernikahan. Suatu hal yang sangat saya tidak setujui.
Kedewasaan seseorang tidaklah ditentukan
oleh berapa tua umur dari orang tersebut. Karena, pada kenyataannya
tidak semua orang yang berumur (lebih tua) memiliki kematangan
kedewasaan diri yang sesuai. Tidak sedikit orang yang telah berumur
belum menemukan kedewasaannya atau justru tidak ingin menjadi dewasa.
Ketidak-inginan menjadi dewasa, dalam
hal ini bukanlah ia senantiasa berperilaku seperti anak kecil layaknya,
yang selalu maunya main terus lho. Namun, ketidak-inginan seseorang
untuk beranjak dewasa diperlihatkan dengan ketidak-adaan rasa tanggung
jawab dari dalam dirinya. Ketida-mauan-nya melihat dunia secara nyata
dengan terus berada dalam “ruangan” keegoisan dirinya sendiri.
Apakah bila Anda telah menjadi orang
tua, berarti Anda telah memiliki kedewasaan Anda dalam menyingkapi
kehidupan ini? Jawabannya – belum tentu teman…
Saya memiliki contoh nyata yang saya temui sendiri. Kisah sebuah keluarga yang didalamnya ternyata membuktikan, usia & perannya dalam kehidupan ternyata bukanlah cerminan dari kedewasaan diri.
Saya memiliki contoh nyata yang saya temui sendiri. Kisah sebuah keluarga yang didalamnya ternyata membuktikan, usia & perannya dalam kehidupan ternyata bukanlah cerminan dari kedewasaan diri.
Kisah keluarga ini dimulai dengan kisah
cinta layaknya pasangan yang sedang dimabuk kepalang, sebut saja Rini
& Alex Mengetahui kedua belah pihak adalah sama-sama termasuk orang
yang baik, dua insan inipun memutuskan untuk menikah, toh juga sudah
cukup umur, dimana sang perempuan kala itu berumur 29 tahun dan
laki-lakinya berumur 32 tahun.
“Alex adalah orang yang baik dan sabar,
jadi sepertinya ia adalah lelaki yang tepat untuk menjadi suamiku.” ujar
Rini dalam celoteh kebahagiannya. Demikian juga Alex yang melihat Rini
sebagai gadis baik yang penurut. Pendek cerita, merekapun menikah, dan
memiliki seorang anak. Dalam perjalanan di lautan kehidupan yang nyata,
barulah terlihat, ternyata umur yang cukup (tua), peran mereka sebagai
suami-istri sekaligus orang tua tidaklah mencerminkan suatu kedewasaan
baik dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
Setiap orang hidup, tidak mungkin tanpa
masalah. Tetapi semua berpulang kepada diri kita sendiri, bagaimana kita
menyingkapi dengan bijaksana dan belajar untuk menjadi dewasa.
Sedangkan, apa yang dilakukan oleh Rini & Alex justru menghancurkan
kehidupan mereka sendiri. Alex yang telah bertahun bekerja keras, hingga
mendapatkan posisi sebagai seorang manajer di perusahaannya, tiba-tiba
keluar kerja tanpa mengajak isterinya berdiskusi terlebih dahulu. “Wahhh
gue bete banget ama bos gue, kerjaannya marah-marah mulu. Emang gue
apaan dimarahin terus! Mending gue keluar aja!” omel Alex pada temannya
di suatu kafe saat makan siang bersama. Dan, sejak itu pula Alex-pun
mengajukan pengunduran dirinya yang serta merta itu, hal ini-pun
disesali oleh rekan-rekan kerjanya.
Alex yang dapat saja terlebih dahulu
“cooling down” dan berfikir lebih bijaksana, mungkin tidak akan
mengambil keputusan yang mendadak dan tidak bertanggung jawab itu.
Bukanlah masalah ia tidak mendiskusikan dengan isterinya terlebih
dahulu, namun dimana rasa tanggung jawab terhadap keluarga. Sebuah
tingkat kedewasaan seseorang dalam hidupnya, adalah dengan turut
memikirkan setiap tindakan yang diambilnya mempunyai koneksitas kuat
dengan orang-orang terdekatnya. Bagaimana menurut Anda?
Yang lebih menyedihkan lagi, karena
perbuatan-perbuatan demikian menyulut api kemarahan dalam rumah tangga
mereka yang berujung pada perpisahan. Seorang Alex yang juga adalah
seorang ayah, sama sekali tidak ambil pusing ketika istri & anaknya
meninggalkannya. Tidak ada pula usaha dari seorang Alex untuk
mempertahankan keutuhan keluarga, apalagi usaha untuk tetap berhubungan
dengan anaknya sendiri.
Sama hal-nya dengan kisah Lola &
Rudi yang telah menikah belasan tahun dan telah memiliki tiga orang
anak. Rudi menjerumuskan dirinya sendiri kedalam tindak penipuan, yang
berakibat terpuruknya perekonomian keluarganya dibawah titik nol.
Singkat cerita, bukannya Rudi ini bangkit kembali, berusaha untuk
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup keluarganya sendiri, ia
justru memilih jalur aman bagi dirinya sendiri, yaitu hanya makan dan
tidur tanpa ada usaha apapun. Tidak bekerja, tidak berusaha,
hari-harinya diisi dengan makan-tidur-buang air (maaf) saja. Sementara
isterinya harus berusaha membanting tulang menghidupi keluarganya dengan
berjualan. Walau demikian, tetap saja Rudi tidak bergeming dan memilih
untuk “tidak ngapa-ngapain” dalam hidupnya. Gila…….

Nah, masih berfikir bahwa kedewasaan seseorang dibuktikan dengan umurnya yang tua?
Dewasa itu merupakan suatu pilihan
hidup. Pilihan apakah kita ingin menjadi dewasa atau tetap terkungkung
dan menikmati indahnya dunia “ego” kita sendiri. Hidup bukanlah mengenai
diri sendiri. Namun, hidup dan kedewasaan menyangkut dengan orang-orang
disekitar kita, baik yang dekat ataupun tidak dekat. Kedewasaan
menentukan sikap dan keputusan-keputusan yang kita buat, tidak saja
untuk diri kita sendiri melainkan ada pengaruhnya untuk orang-orang
disekitar kita.
Saya jadi ingat akan tagline sebuah
iklan rokok yang sudah cukup lama, yaitu “Menjadi Tua itu Pasti, Menjadi
Dewasa itu Pilihan ( Yang di bahas Bukan Rokoknya hanya slogannya aja
)”. Umur manusia pasti selalu bertambah setiap tahun menjadi tua (karena
tidak ada yang selalu bertambah muda, bukan?) Lalu, seiring dengan
bertambahnya usia manusia, belum tentu juga umur kedewasaan seseorang
turut bertambah. Sekarang, semua tergantung diri kita sendiri. Pilihan
ada di tangan kita, di tangan Anda.
Tentukanlah sendiri, dan jadilah manusia
yang dewasa. Karena kembali lagi pada soalan kedewasaan tadi.
Ke-Dewasa-an menentukan diri Anda yang sebenarnya. Kedewasaan menentukan
kualitas kehidupan Anda sendiri.
Nah, pilihan menjadi dewasa turut andil
dalam nilai-nilai kualitas kehidupan yang terpancarkan dalam perjalanan
di kehidupan ini.
Jadi, apa pilihan Anda?
Sumber nyontek dimari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Coment di sini